Vagina sering disebut sebagai organ paling intim dari tubuh perempuan. Namun sudah intimkah Anda dengan alat reproduksi Anda ini? Entah karena Anda malu untuk mengungkapkan keanehan yang Anda temukan, atau bahkan tidak menyadari kemampuan tertentu dari vagina, akhirnya "fasilitas" ini hanya menjadi misteri. Agar Anda tidak penasaran lagi, berikut adalah fakta-fakta yang mungkin belum Anda ketahui tentang organ kewanitaan Anda ini.
1. Mampu membersihkan secara alami
Itulah sebabnya Anda disarankan untuk tidak membasuh vagina dengan sabun. “Vagina dibatasi dengan berbagai kelenjar yang memproduksi cairan yang dibutuhkan untuk melubrikasi sekaligus membersihkan area vagina," tutur Lisa Stern, APRN, perawat yang bekerja bersama Planned Parenthood di Los Angeles. “Sebagian besar infeksi vagina yang dialami pasien di kantor saya adalah perempuan yang mengira mereka telah melakukan sesuatu yang baik, dengan membersihkan vagina dengan sabun dan air, bahkan semprotan air obat."
Produk-produk mandi, khususnya yang mengandung pewarna kimia atau pewangi, bisa mengiritasi vagina serta menghilangkan cairan lubrikasi dan flora (bakteri dan jamur) yang normal dan alami, katanya. Ketika senyawa yang menguntungkan ini lenyap, bakteri anaerobik dan jamur bisa berkembang biak, dan hal ini bisa menyebabkan gejala seperti gatal atau berbau. Sekadar membasuh area labia dengan sabun yang ringan sih, boleh saja, tetapi jangan sampai ada yang masuk ke dalam vagina.
2. Ukurannya membesar ketika dirangsang
Menurut Lissa Rankin, MD, ahli kebidanan dan kandungan dan penulis buku What's Up Down There? Questions You'd Only Ask Your Gynecologist If She Was Your Best Friend, “Panjang rata-rata vagina adalah 7 - 10 cm." Kelihatannya kecil ya, dan tidak mampu "menangkap" seluruh properti si dia.
Namun cara kerja vagina ternyata tidak seperti itu. "Panjangnya bisa berlipat ganda ketika dirangsang," tukas Dr Rankin. Memang, banyak perempuan yang masih merasakan sakit selama berhubungan, jika ukuran penis pasangannya sangat besar. Untuk kasus seperti ini, ia menyarankan penggunaan cairan lubrikasi dan memulai dengan perlahan. "Ajak pasangan untuk bersenang-senang dengan foreplay. Semakin Anda merasa terangsang, semakin berkurang nyeri yang ditimbulkan saat intercourse."
3. Bisa keriput
Seperti juga wajah Anda, vagina pun bisa keriput seiring bertambahnya usia. Labia bisa menjadi tidak terlalu montok karena kadar estrogen menurun, lapisan lemak pada labia menyusut, sedangkan menipisnya kolagen bisa menyebabkan labia menggelambir, demikian menurut Dr Rankin.
“Kulit pada vulva mungkin akan menjadi lebih gelap atau lebih terang, dan klitoris juga menyusut. Tetapi hal ini normal saja," tuturnya. "Perubahan yang sering dikaitkan dengan menurunnya kadar estrogen ini, enggak memengaruhi kenikmatan yang dialami vagina, kok."
4. Tampon tak mungkin tertinggal di dalam vagina
Anda mungkin pernah mendengar cerita tentang tampon yang masuk terlalu jauh, dan sulit dikeluarkan dari vagina. Ini ternyata cuma mitos. “Vagina itu diikat pada ujung bagian dalam leher rahim, dan oleh jaringan vagian sendiri," kata Stern. Dengan kata lain, vagina tidak terhubung ke area lain dari tubuh Anda. Jadi, tak perlu khawatir akan ada sesuatu yang lenyap di sana.
“Memang sih, kadang-kadang tampon bisa masuk sangat jauh ke dalam vagina, seperti jika kebetulan tertinggal saat berhubungan seks. Jika hal ini terjadi, dokter kandungan bisa mengambilnya dengan mudah menggunakan spekulum dan tang," tukasnya.
5. Berejakulasi saat orgasme
Menurut Dr Rankin, hal ini terjadi pada beberapa perempuan, dan bukan hal yang aneh. Bagaimana proses terjadinya?
“Ada kelenjar-kelenjar di sekitar saluran kemih yang kemungkinan mengeluarkan cairan, khususnya ketika dinding dalam vagina (atau G-spot Anda) distimulasi," kata Rankin.
Beverly Whipple, PhD, RN, peneliti seksualitas dan profesor di Rutgers College of Nursing, menggambarkan area ini sebagai prostat kaum perempuan. Bentuknya adalah kumpulan kelenjar, pembuluh darah, saraf, dan jaringan kenyal, yang ketika dirangsang tampaknya menghasilkan cairan pada beberapa perempuan.
6. Mengendur setelah melahirkan
Otot-otot vagina memang cenderung mengendur setelah melahirkan anak, namun Anda tak akan melihat perubahan dalam penampilannya. “Sebagai dokter kandungan, saya tahu apakah pasien saya melahirkan melalui vagina atau tidak (operasi caesar, RED). Saya butuh spekulum yang lebih besar untuk perempuan yang sudah punya dua anak, daripada perempuan yang belum pernah melahirkan. Tetapi dari luar, Anda tak bisa melihatnya kecuali vagina itu robek saat persalinan. Dalam hal ini ia mungkin memiliki bekas luka yang samar di lokasi robekan, atau episiotomy.”
Latihan Kegel adalah cara terbaik untuk memperbaiki fungsi otot-otot vagina, yang meregang dan berubah setelah melahirkan.
7. Seperti bisep, harus sering dilatih
Dr Rankin membenarkan bahwa vagina akan lebih sehat jika Anda berhubungan seks secara rutin. Seks tidak hanya menjaga agar jaringan vagina yang sensitif tetap sehat. Jangan lupa, vagina bertujuan sebagai alat reproduksi, sehingga sebaiknya Anda meningkatkan frekuensi hubungan seks. Jika Anda terlalu lama tidak berhubungan seks, dinding vagina bisa menjadi rapuh. Ketika Anda memasuki masa menopause, dinding vagina bisa terluka dan menutup. Namun, hubungan seks bukan satu-satunya solusi. Anda bisa berkonsultasi ke dokter untuk mengetahui metode lain untuk menjaga vagina tetap sehat
1. Mampu membersihkan secara alami
Itulah sebabnya Anda disarankan untuk tidak membasuh vagina dengan sabun. “Vagina dibatasi dengan berbagai kelenjar yang memproduksi cairan yang dibutuhkan untuk melubrikasi sekaligus membersihkan area vagina," tutur Lisa Stern, APRN, perawat yang bekerja bersama Planned Parenthood di Los Angeles. “Sebagian besar infeksi vagina yang dialami pasien di kantor saya adalah perempuan yang mengira mereka telah melakukan sesuatu yang baik, dengan membersihkan vagina dengan sabun dan air, bahkan semprotan air obat."
Produk-produk mandi, khususnya yang mengandung pewarna kimia atau pewangi, bisa mengiritasi vagina serta menghilangkan cairan lubrikasi dan flora (bakteri dan jamur) yang normal dan alami, katanya. Ketika senyawa yang menguntungkan ini lenyap, bakteri anaerobik dan jamur bisa berkembang biak, dan hal ini bisa menyebabkan gejala seperti gatal atau berbau. Sekadar membasuh area labia dengan sabun yang ringan sih, boleh saja, tetapi jangan sampai ada yang masuk ke dalam vagina.
2. Ukurannya membesar ketika dirangsang
Menurut Lissa Rankin, MD, ahli kebidanan dan kandungan dan penulis buku What's Up Down There? Questions You'd Only Ask Your Gynecologist If She Was Your Best Friend, “Panjang rata-rata vagina adalah 7 - 10 cm." Kelihatannya kecil ya, dan tidak mampu "menangkap" seluruh properti si dia.
Namun cara kerja vagina ternyata tidak seperti itu. "Panjangnya bisa berlipat ganda ketika dirangsang," tukas Dr Rankin. Memang, banyak perempuan yang masih merasakan sakit selama berhubungan, jika ukuran penis pasangannya sangat besar. Untuk kasus seperti ini, ia menyarankan penggunaan cairan lubrikasi dan memulai dengan perlahan. "Ajak pasangan untuk bersenang-senang dengan foreplay. Semakin Anda merasa terangsang, semakin berkurang nyeri yang ditimbulkan saat intercourse."
3. Bisa keriput
Seperti juga wajah Anda, vagina pun bisa keriput seiring bertambahnya usia. Labia bisa menjadi tidak terlalu montok karena kadar estrogen menurun, lapisan lemak pada labia menyusut, sedangkan menipisnya kolagen bisa menyebabkan labia menggelambir, demikian menurut Dr Rankin.
“Kulit pada vulva mungkin akan menjadi lebih gelap atau lebih terang, dan klitoris juga menyusut. Tetapi hal ini normal saja," tuturnya. "Perubahan yang sering dikaitkan dengan menurunnya kadar estrogen ini, enggak memengaruhi kenikmatan yang dialami vagina, kok."
4. Tampon tak mungkin tertinggal di dalam vagina
Anda mungkin pernah mendengar cerita tentang tampon yang masuk terlalu jauh, dan sulit dikeluarkan dari vagina. Ini ternyata cuma mitos. “Vagina itu diikat pada ujung bagian dalam leher rahim, dan oleh jaringan vagian sendiri," kata Stern. Dengan kata lain, vagina tidak terhubung ke area lain dari tubuh Anda. Jadi, tak perlu khawatir akan ada sesuatu yang lenyap di sana.
“Memang sih, kadang-kadang tampon bisa masuk sangat jauh ke dalam vagina, seperti jika kebetulan tertinggal saat berhubungan seks. Jika hal ini terjadi, dokter kandungan bisa mengambilnya dengan mudah menggunakan spekulum dan tang," tukasnya.
5. Berejakulasi saat orgasme
Menurut Dr Rankin, hal ini terjadi pada beberapa perempuan, dan bukan hal yang aneh. Bagaimana proses terjadinya?
“Ada kelenjar-kelenjar di sekitar saluran kemih yang kemungkinan mengeluarkan cairan, khususnya ketika dinding dalam vagina (atau G-spot Anda) distimulasi," kata Rankin.
Beverly Whipple, PhD, RN, peneliti seksualitas dan profesor di Rutgers College of Nursing, menggambarkan area ini sebagai prostat kaum perempuan. Bentuknya adalah kumpulan kelenjar, pembuluh darah, saraf, dan jaringan kenyal, yang ketika dirangsang tampaknya menghasilkan cairan pada beberapa perempuan.
6. Mengendur setelah melahirkan
Otot-otot vagina memang cenderung mengendur setelah melahirkan anak, namun Anda tak akan melihat perubahan dalam penampilannya. “Sebagai dokter kandungan, saya tahu apakah pasien saya melahirkan melalui vagina atau tidak (operasi caesar, RED). Saya butuh spekulum yang lebih besar untuk perempuan yang sudah punya dua anak, daripada perempuan yang belum pernah melahirkan. Tetapi dari luar, Anda tak bisa melihatnya kecuali vagina itu robek saat persalinan. Dalam hal ini ia mungkin memiliki bekas luka yang samar di lokasi robekan, atau episiotomy.”
Latihan Kegel adalah cara terbaik untuk memperbaiki fungsi otot-otot vagina, yang meregang dan berubah setelah melahirkan.
7. Seperti bisep, harus sering dilatih
Dr Rankin membenarkan bahwa vagina akan lebih sehat jika Anda berhubungan seks secara rutin. Seks tidak hanya menjaga agar jaringan vagina yang sensitif tetap sehat. Jangan lupa, vagina bertujuan sebagai alat reproduksi, sehingga sebaiknya Anda meningkatkan frekuensi hubungan seks. Jika Anda terlalu lama tidak berhubungan seks, dinding vagina bisa menjadi rapuh. Ketika Anda memasuki masa menopause, dinding vagina bisa terluka dan menutup. Namun, hubungan seks bukan satu-satunya solusi. Anda bisa berkonsultasi ke dokter untuk mengetahui metode lain untuk menjaga vagina tetap sehat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar