Banner

Selasa, 10 Mei 2011

HEPATITIS B AKUT


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Anatomi dan kelainan anatomis hati
Waktu lahir berat hati sekitar 120 – 260 g. Kemudian berat ini bertambah sesuai dengan pertumbuhan anak. Pada umur 2 tahun berat hati bertambah 2 kali lipat, pada usia 3 tahun beratnya menjadi 3 kali lipat, sedangkan pada umur 9 tahun dan masa pubertas mencapai masing – masing 6 dan 10 kali berat hati waktu lahir. Hati berada di bawah rongga dada dengan bagian atas memotong garis medio-klavikula kanan pada sela iga 5 -6 dan memotong garis aksiler kanan pada sela iga 7. Batas bawah berada 1 cm di bawah garis lengkung iga kanan.

 
Pendorongan hati dapat terjadi karena kelainan dinding toraks seperti pada penyakit rakitis, pada beberapa keadaan yang menyebabkan kelainan dinding perut seperti MEP berat dan amiotonia kongenital.
Tekanan intratorakal yang meningkat seperti pada empiema dan pneumotoraks dapa menyebabkan perubahan letak hati akibat pendorongan.
Abses subfrenik serta adanya perforasi usus akan mengakibatkan peranjakan hati.
Fungsi hati dan kelainan biokimiawi
Hati sangat penting dalam metabolisme bahan makanan antara lain :
1.      Hati berperan dalam mempertahankan kadar gula darah dengan jalan membentuk dan menyimpan glikogen. Glikogen dibentuk dari glukosa, levulosa, galaktosa dan laktosa. Hati dapat juga merubah asam amino glikogenik dan gliserol menjadi dekstrosa, yang kemudian dirubah menjadi glikogen (gliko-genesis). Sedangkan glikogen dapat dirubah oleh hati menjadi glukosa sesuai dengan kebutuhan (glikogenolisis).
2.      Tempat sistesis dan oksidasi lemak. Hampir semua lemak dimetabolisir di dalam hati. Zat lemak yang dipadukan dengan lesitin akan membentuk fosfolipid yang mudah diangkut dan dalam keadaan siap pakai. Kolesterol di buat di hati dari asam asetat, sedangkan esternya merupakan gabungan kolesterol dengan asam lemak. Lipoprotein plasma yang mengangkut trigliserida juga dibuat di hati. Hati bersama-sama dengan ginjal memecahkan asam lemak berantai panjang menjadi beda-benda keton. Benda keton ini akan banyak dihasilkan oleh tubuh pada masa kelaparan. Benda keton akan dikeluarkan bersama air kemih.
3.      Ureum dibuat di hati dan merupakan deaminasi protein. Zat protein seperti fibrinogen, globulin dan protrombin dibuat di hati.
4.      Vitamin A, C dan D disimpan di hati. Hati juga mengolah bahan baku vitamin A (provitamin A) menjadi vitamin A. Riboflavin, vitamin E dan K juga disimpan di hati.
5.      Hati berfungsi juga sebagai pembentuk darah terutama pada masa neonatus dan hati juga merupakan cadangan penyimpanan zat besi.
6.      Hati berfungsi sebagai penawar racun yang membahayakan tubuh serta berupaya agar bahan tersebut dapat dikeluarkan dengan segera.
Ikterus
Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh. Keadaan ini merupakan tanda penting penyakit hati atau kelainan fungsi hati, saluran empedu dan penyakit darah. Bila kadar bilirubin darah melebihi 2 mg%, maka ikterus akan terlihat. Namun pada neonatus ikterus masih belum trlihat meskipun kadar bilirubin darah sudah melampaui 5 mg%. Ikterus terjadi karena peninggian kadar bilirubin indirek (“unconjugated”) dan atau kadar bilirubin direk (“conjugated”).

1.2.Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi atau pengetahuan tentang penyakit Hepatitis B baik pengertian, gejala klinis dan terapinya kepada pembaca.

1.3.Rumusan Masakah
-          Apakah Hepatitis itu ?
-          Bagaimana gejala klinisnya ?
-          Bagaimana terapinya ?

1.4.Manfaat
-          Bagi masyarakat / pembaca
Penulisan ini diharapkan dapat menambah informasi bagi masyarakat tentang penyakit Hepatitis B.
-          Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan Ilmu pada bidang kesehatan.



BAB II
HEPATITIS B

2.1. Hepatitis Virus Akut
Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi virus hepatotropik yang bersifat sistemik dan akut.
Etiologi          
Paling sedikit ada 6 jenis virus penyabab hepatitis (masing-masing menyebabkan tipe hepatitis yang berbeda) yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E dan G tetapi pada anak umumnya yang menimbulkan masalah utama hepatitis A, B dan C. Disini  adapun saya akan membahas tentang hepatitis B.

2.2.Hepatitis B Akut
Di Indonesia, jalur penularan infeksi VHB (virus hepatitis B) yang terbanyak adalah secara parenteral yaitu secara vertikal (transmisi maternal-neonatal) atau horisontal (kontak antar individu yang sangat erat dan lama, seksual, iatrogenik, penggunaan jarum suntik bersama). Hal ini dimungkinkan karena VHB dapat ditemukan pada hampir semua cairan tubuh pasien yaitu saliva, air mata, cairan semen, cairan serebrospinal, asites, air susu ibu (ASI), cairan sinovial, getah lambung, dan cairan pleura. Walaupun VHB ditemukan dalam ASI. Cara penularan virus ini dapat melalui pasien yang sedang terinfeksi secara akut maupun melalui seorang karier.

a.      Manifestasi Klinis
Masa inkubasinya 6-8 minggu. Lamanya masa inkubasi ini tergantung dari faktor pejamu. Gejala infeksi VHB akut sangat jarang ditemukan pada masa anak, hanya terjadi pada 5% bayi, dan 5-15% anak berusia 1-5 tahun. Sedangkan pada anak yang lebih besar dan dewasa 33-50%. Pada kasus yang simtomatik akut, umumnya ditemukan malaise, anoreksia, rasa tidak enak di perut yang biasanya mendahului timbulnya ikterus, dan timbulnya dalam beberapa minggu sampai bulan setelah terpapar virus. HbsAg mulai terdeteksi dalam fase ini. Pada pemeriksaan fisis, umumnya hanya ditemukan hematomegali. Gejala artralgia dan kemerahan pada kulit yang kadang-kadang timbul, dipikirkan berhubungan dengan pembentukan kompleks HbsAg-anti HBs. Hal di atas timbul sebelum terjadi peningkatan kadar SGPT dan manifestasi lain yang menunjukkan keterlibatan hati.

b.      Penatalaksanaan
Prinsipnya adalah suportif dan pemantauan gejala penyakit. Pada awal periode simtomatik dianjurkan tirah baring. Pasien dirawat bila ada dehidrasi berat dengan kesulitan masukkan per oral, kadar SGOT-SGPT > 10 kali nilai normal, atau bila ada kecurigaan hepatitis fulminan.Pemantauan dilakukan 6 bulan kemudian dengan memeriksa fungsi hati dan serologi VHB. Bila HbsAg saat itu positif dinyatakan sebagai pengidap kronis VHB.

c.       Pencegahaan
Pencegahan Umum
Upaya pencegahan umum terhadap kemungkinan transmisi horisontal meliputi:
1.         Uji tapis donor darah dengan uji diagnosis yang sensitif
2.         Sterilisasi instrumen secara adekuat
3.         Tenaga medis selalu menggunakan sarung tangan
4.         Mencegah kontak mikrolesi seperti yang dapat terjadimelalui p-emakaian sikat gigi danj sisir, atau gigitan pengidap HVB
Upaya pencegahan umum terhadap kemungkinan transmisi vertikal meliputi:
1.      Skrining ibu hamil pada awal dan trimester ketiga terutama pada ibu yang berisiko terinfeksi HVB
2.      Ibu ditangani secara multidisipliner yaitu dokter ahli kandungan dan penyakit dalam
3.      Segera setelah bayi lahir diberikan imunisasi hepatitis B
4.      Tidak ada kontra indikasi menyusui

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Cafe Bisnis Online